Dulu semasa sekolah ada guru yang sering membuat kejutan. Beliau sering mengadakan ulangan mendadak. Walhasil, banyak murid yang kelabakan dan berakhir dengan nilai yang “memalukan”. Namun, murid selalu punya alasan. “Kan ulangannya mendadak. Siapa yang akan siap?”. Tetapi guru juga punya alasan pembenar. “Saya kan berulangkali mengatakan, murid harus selalu siap. Ulangan bisa datang kapan pun juga”. Nah, siapa yang salah?
Terjebak dalam kondisi tidak siap memang tidak menyenangkan. Tidak siap bisa karena kita tidak tahu atau tidak menduga sesuatu akan terjadi. Namun, bisa juga karena kita abai dengan peringatan yang telah diberikan. Keduanya berujung pada hasil yang sama. Kita harus menerima konsekuensi dari ketidaksiapan tersebut. Apapun bentuknya.
Ketika Yohanes pembaptis tampil, ia memiliki tugas untuk mempersiapkan orang menyambut kehadiran Tuhan Yesus. Maka dengan lantang ia meneriakkan seruan pertobatan. Ia mulai menunjukkan bahwa Yesus-lah sang Mesias yang dinantikan. Banyak yang mempercayai pesan ini dan kemudian bertobat lalu memberikan diri dibaptis. Namun banyak pula yang mengabaikan pesan ini bahkan menentang isi pesan ini.
Memang, ketika memperingati dan merayakan natal saat ini, kita tidak sedang menantikan kelahiran Tuhan Yesus, karena ia telah datang. Namun makna kehadiran-Nya tidak berubah. Dia datang agar manusia sadar bahwa dosa mereka hanya dapat ditebus oleh kehadiran dan pengorbanan Anak Domba Allah. Dia merindukan semua orang bukan hanya tahu tentang natal, namun ‘Mengalami Natal’ dalam kehidupan mereka. Apakah kita telah mengalaminya?
Kalau kita mengambil peran seperti Yohanes Pembaptis, apakah kita telah mengambil bagian dalam mempersiapkan orang untuk mendengar berita Natal dan mendorong mereka berespon dengan tepat terhadap berita tersebut? Di tengah kesibukan dunia, atau bahkan kemeriahan dekorasi Natal, mungkin pesan natal justru lebih mudah terpinggirkan dan terabaikan. Sehingga, nanti Ketika Tuhan Yesus datang kembali sebagai hakim, akan banyak orang yang terkejut dan menyesal. Menyesal karena mereka telah mengabaikan kedatangan-Nya yang pertama. Dan mungkin saja kita mengambil peran dalam penyesalan itu, karena kita tidak pernah memperingatkan dan mempersiapkan mereka.
https://alkitab.sabda.org/passage.php?passage=Luk%203:1-6
Dalam tahun kelima belas dari pemerintahan Kaisar Tiberius, ketika Pontius Pilatus menjadi wali negeri Yudea, dan Herodes raja wilayah Galilea, Filipus, saudaranya, raja wilayah Iturea dan Trakhonitis, dan Lisanias raja wilayah Abilene, pada waktu Hanas dan Kayafas menjadi Imam Besar, datanglah firman Allah kepada Yohanes, anak Zakharia, di padang gurun. Maka datanglah Yohanes ke seluruh daerah Yordan dan menyerukan: ”Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu, seperti ada tertulis dalam kitab nubuat-nubuat Yesaya: Ada suara yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya. Setiap lembah akan ditimbun dan setiap gunung dan bukit akan menjadi rata, yang berliku-liku akan diluruskan, yang berlekuk-lekuk akan diratakan, dan semua orang akan melihat keselamatan yang dari Tuhan.”