Artikel Pra-Paskah-4
Yudas mengandalkan uang; Petrus mengandalkan senjata; Hanas danĀ Kayafas mengandalkan kedudukan; Pilatus mengandalkan popularitas danĀ persetujuan massa, sedangkan Yesus mengandalkan kasih.Ā Ā
Dalam peristiwa menjelang penyaliban Yesus banyak tokoh-tokoh yangĀ terlibat dan disorot sepanjang abad. Namun nama seorang Pilatus diabadikan diĀ dalam Pengakuan Iman Rasuli, yang dilafalkan setiap hari Minggu, oleh pelbagaiĀ jemaat sepanjang abad, sebagai tokoh antagonis.Ā
Sebagai gubernur Romawi, Pilatus memiliki kuasa dan pengaruh yangĀ besar. Ia memiliki tanggung jawab untuk menjunjung keadilan dan kebenaran.Ā Namun karena ingin menyenangkan orang banyak, Pilatus justru malahĀ mengorbankan orang yang tidak bersalah. Walau nampak tidak berdaya, justruĀ ia sedang menggunakan kekuasaannya dengan semena-mena untuk kepentinganĀ diri sendiri.Ā
Karena ingin ambil aman dan takut disalahkan, Pilatus mencuci tangannya. Namun, ironisnya, sejarah mencatat dan memvonis bahwa Juruselamat dunia,Ā Sang Allah Anak, justru āmenderita sengsara di bawah pemerintahanā-nya.Ā Pilatus diminta pertanggungan jawab atas kepasifannya. Saat ia memilih untukĀ pasif justru ia sedang memilih untuk aktif turut menyalibkan Yesus. Saat iaĀ memilih untuk diam dan tidak membela kebenaran, sebenarnya ia sedangĀ meneriakkan kebohongan dan membela fitnah.Ā
Zaman sekarang ini kepasifan terhadap kebenaran sering dilabel sebagaiĀ sikap toleran, dan justru dijunjung tinggi di mata dunia. Sikap kompromiĀ terhadap dosa justru dilihat sebagai sikap yang inklusif. Padahal sebagai orangĀ Kristen kita diperintahkan untuk mengasihi sesama kita, dan bukan untukĀ toleran terhadap sesama kita. Kita diperintahkan untuk mengasihi bukan denganĀ perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran (1Ā Yoh 3:18).Ā
Sikap toleran berarti saya tidak akan memperingatkan orang berdosa, dan membiarkan dia binasa dalam dosa-dosanya. Sikap mengasihi berarti saya akanĀ berusaha memperingatkan dan menolong dia menyadari dosa-dosanya denganĀ lemah lembut, penuh rasa hormat, dan dengan hati nurani yang murni (1 PetrusĀ 3:15-16).Ā
Yehezkiel 3:18 mengingatkan bahwa kita bertanggung jawab atas darahĀ orang berdosa jika kita tidak memperingatkan dia dari hidupnya yang jahat.Ā Kiranya Tuhan menolong kita dan melimpahkan kita dengan hikmat untuk dapatĀ mengasihi sesama kita walaupun dengan resiko kita tidak populer di mata dunia.