1. Bagaimana Kita Menghadapi Penderitaan seperti Yesus di Kayu Salib?
Sebagai manusia berdosa, penderitaan adalah bagian dari kehidupan akibat kejatuhan dalam dosa (Kej 3:16-19). Namun, teologi Reformed mengajarkan bahwa penderitaan bukan tanpa tujuan. Yesus sendiri mengalami penderitaan yang paling dalam di kayu salib, tetapi penderitaan-Nya membawa kemenangan bagi umat pilihan-Nya (Yes 53:4-5).
Ketika menghadapi penderitaan, kita diajak untuk:
- Bersandar pada kedaulatan Allah – Segala sesuatu terjadi sesuai dengan rencana Allah (Rm 8:28).
- Mengikuti teladan Yesus – Yesus tidak memberontak tetapi berserah kepada kehendak Bapa (Luk 22:42).
- Bersukacita dalam penderitaan – Paulus mengajarkan bahwa penderitaan membentuk karakter dan pengharapan (Rm 5:3-5).
- Berharap pada penebusan akhir – Yesus menanggung penderitaan demi kemenangan kekal bagi umat-Nya (2Kor 4:17-18).
Jalan keluar dari penderitaan bukan sekadar menghindarinya, tetapi melihatnya sebagai alat Allah untuk membentuk kita lebih serupa dengan Kristus. Keputusan terbaik adalah tetap setia kepada Tuhan dalam penderitaan dan percaya bahwa Dia bekerja dalam segala sesuatu demi kebaikan kita.
2. Ke Mana Roh Yesus Selama Tiga Hari Setelah Kematian-Nya?
Teologi Reformed memahami bahwa ketika Yesus mati, tubuh-Nya dikuburkan, tetapi roh-Nya tidak binasa (Luk 23:46).
- Yesus ke Firdaus – Yesus berkata kepada penjahat yang bertobat, “Hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus” (Luk 23:43). Ini menunjukkan bahwa roh Yesus pergi ke hadirat Allah.
- Bukan ke Neraka untuk Disiksa – Beberapa menafsirkan 1 Petrus 3:19 bahwa Yesus turun ke neraka, tetapi teologi Reformed menolak gagasan bahwa Yesus mengalami penderitaan lebih lanjut setelah kematian-Nya. Ia telah menyelesaikan hukuman dosa di kayu salib (Yoh 19:30).
- Penggenapan Janji Keselamatan – Yesus berada di hadirat Bapa, dan pada hari ketiga bangkit dengan tubuh yang telah dimuliakan.
Jadi, roh Yesus berada di hadirat Allah, bukan dalam penderitaan di neraka, melainkan dalam kemenangan sebagai Juruselamat yang telah menyelesaikan karya penebusan.
3. Makna Langit Terbelah, Kegelapan, dan Guntur saat Yesus Wafat
Matius 27:51-54 mencatat fenomena luar biasa saat Yesus mati.
- Tabir Bait Suci Terbelah – Ini melambangkan bahwa penghalang antara manusia dan Allah telah dihapus oleh pengorbanan Yesus. Kini, orang percaya memiliki akses langsung kepada Allah (Ibr 10:19-20).
- Kegelapan Meliputi Tanah – Dalam Perjanjian Lama, kegelapan sering melambangkan murka dan penghakiman Allah (Amos 8:9). Kegelapan ini menunjukkan bahwa Yesus sedang menanggung hukuman dosa dunia.
- Guntur dan Gempa Bumi – Ini menandakan intervensi ilahi dan perubahan besar dalam sejarah keselamatan. Gempa bumi melambangkan bahwa pemerintahan lama (hukum Taurat) telah digoncangkan, dan pemerintahan baru dalam Kristus telah datang (Ibr 12:26-28).
- Semua tanda ini menunjukkan bahwa kematian Yesus bukan peristiwa biasa, tetapi puncak dari rencana penebusan Allah.
4. Apakah Penebusan Yesus untuk Semua Manusia atau Orang Pilihan?
Teologi Reformed memegang doktrin Penebusan Terbatas (Limited Atonement), yang berarti bahwa Yesus mati secara efektif hanya untuk orang-orang pilihan-Nya.
- Yesus Mati untuk Umat-Nya – Yesus berkata bahwa Ia memberikan nyawa-Nya untuk “domba-domba-Nya” (Yoh 10:14-15).
- Orang Pilihan Ditentukan Sebelum Dunia Dijadikan – Efesus 1:4-5 menyatakan bahwa Allah memilih umat-Nya sebelum dunia diciptakan.
- Tidak Semua Diselamatkan – Jika Yesus benar-benar menebus semua orang tanpa kecuali, maka semua orang akan selamat. Namun, Alkitab jelas mengatakan bahwa ada yang binasa dalam dosa mereka (Mat 7:13-14).
Jadi, kematian Yesus cukup untuk semua, tetapi secara efektif hanya bagi orang pilihan-Nya. Meski kematian-Nya cukup untuk semua manusia (1 Yohanes 2:2), tujuannya khusus bagi mereka yang telah dipilih sebelum dunia dijadikan (Roma 8:29-30). Ini konsisten dengan doktrin anugerah yang tidak bisa ditolak (irresistible grace).
5. Bisakah Keilahian Yesus Menderita?
Yesus memiliki dua natur: ilahi dan manusia. Dalam penderitaan-Nya, hanya kemanusiaan-Nya yang mengalami penderitaan secara langsung.
- Allah Tidak Bisa Menderita – Keilahian Yesus tidak bisa mengalami penderitaan fisik karena Allah tidak berubah (Mal 3:6).
- Namun, Penderitaan Itu Nyata – Karena Yesus adalah satu Pribadi dengan dua natur, penderitaan yang Ia alami sebagai manusia adalah penderitaan yang sungguh-sungguh dirasakan oleh Anak Allah.
- Kesatuan Natur – Meskipun keilahian-Nya tidak menderita, penderitaan manusia-Nya memiliki nilai yang tidak terbatas karena Ia adalah Allah.
Dengan demikian, Yesus sungguh-sungguh menderita, tetapi penderitaan itu terjadi dalam natur manusia-Nya, bukan natur ilahi-Nya.
6. Mengapa Orang Mengira Yesus Memanggil Elia?
Saat Yesus berseru “Eloi, Eloi, lama sabakhtani?” (Mat 27:46), beberapa orang mengira Ia memanggil Elia.
- Kesalahpahaman Fonetik – Kata “Eloi” (Allah-Ku) terdengar seperti “Elia.”
- Kepercayaan Yahudi tentang Elia – Orang Yahudi percaya bahwa Elia akan datang menolong orang benar di masa penderitaan (Mal 4:5).
- Ejekan dari Penonton – Beberapa mungkin mengatakannya sebagai ejekan terhadap Yesus.
Namun, seruan Yesus adalah kutipan dari Mazmur 22:1, menunjukkan penderitaan-Nya dalam menanggung dosa dunia.
7. Mengapa Kematian Rohani Adam dan Hawa Tidak Langsung Terlihat?
Adam dan Hawa tidak langsung mati secara fisik, tetapi mereka mengalami kematian rohani saat itu juga.
- Pemisahan dari Allah – Mereka segera menyadari ketelanjangan mereka dan bersembunyi (Kej 3:7-8).
- Dampak Bertahap – Dosa membawa kematian secara bertahap, yang akhirnya berujung pada kematian fisik (Kej 5:5).
- Anugerah Umum Allah – Allah tidak langsung menghancurkan mereka tetapi memberikan janji penebusan (Kej 3:15).
Jadi, meskipun kematian fisik tidak langsung terjadi, dampak spiritualnya langsung terlihat dalam hubungan mereka dengan Allah.
8. Apakah Yesus Mengalami Kematian Kekal?
Yesus tidak mengalami kematian kekal dalam pengertian terpisah selamanya dari Allah.
- Kematian Kekal adalah Pemisahan dari Allah – Yesus mengalami penderitaan ini saat menanggung murka Allah di kayu salib.
- Tidak Berarti Binasa Selamanya – Kebangkitan-Nya membuktikan bahwa Ia menang atas maut (Kis 2:24).
- Durasi Tidak Mengurangi Intensitas – Penderitaan-Nya di salib setara dengan hukuman kekal karena Ia adalah Allah yang tak terbatas.
Jadi, Yesus mengalami penderitaan sebanding dengan kematian kekal, tetapi Ia tidak binasa selamanya.
9. Mengapa Yesus Terpisah dari Bapa?
Yesus berseru “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” karena Ia sedang menanggung murka Allah atas dosa manusia.
- Pemisahan Relasional, Bukan Hakiki – Keilahian Yesus tidak pernah terpisah dari Bapa, tetapi dalam kemanusiaan-Nya, Ia merasakan keterpisahan karena dosa.
- Penggenapan Nubuatan – Ini adalah pemenuhan Mazmur 22:1 tentang penderitaan Mesias.
- Demi Penebusan Kita – Yesus ditinggalkan supaya kita tidak perlu mengalami keterpisahan kekal dari Allah.
Ini adalah puncak dari karya penebusan Kristus bagi umat-Nya.